Ngampilan adalah kampung tempat bermukim kelompok abdi dalem pembawa ampilan dalem. Sebelum Sultan duduk di singgasana, di bangsal Manguntur Tangkil harus dipersiapkan dahulu oleh para abdi dalem yang nama depannya memakai kata Wignyo dan Dermo. Wignyo dan Dermo tersebut menunjukkan jabatan abdi dalem ampilan. Abdi dalem ampilan bertugas membawa perlengkapan upacara misalnya pedang, tameng, lar badak, panah, tombak, dll.
Nama wignyo dan dermo mengingatkan kepada eksistensi Sultan ketika berada di singgasana. Wignyo artinya hendaknya Sultan pandai, bisa, dan mampu duduk di singgasana untuk dihadap kawula atau rakyatnya. Saderma yaitu dengan tulus Sultan menjadi wakil utusan Tuhan Yang Maha Esa dan sanggup menata agama. Dahulu, abdi dalem tersebut sesudah diangkat kemudian diberi sawah dan pekarangan maupun rumah, dan bertempat tinggal di kampong menjadi satu golongan.
Di Kampung Ngampilan ini terdapat Dalem Pangeran, yaitu Dalem Mangkudiningratan, yaitu tempat tinggal GBPH Mangkudiningrat, putra ke 13 Sultan Hamengku Buwono VIII dari garwa BRAy Pujoningdiah. Bangunan ini selain sebagai tempat tinggal, juga digunakan untuk sekolah dan perkantoran. Tahun 1955-1969, bagian pendapa untuk sekolah Mualimat. Tahun 1970-1988, digunakan untuk Sekolah Akademi Kesejahteraan Keluarga. Tahun 1990-an, bagian pendapa dan pringgitan digunakan untuk Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIK) Wira Setya Mulya. (Darma Gupta, dkk. : TOPONIM YOGYAKARTA, 2007)
No comments:
Post a Comment