KAMPUNG NYAMPLUNGAN terletak sekitar 320 meter di utara Pasar Kotagede. Sebutan Nyamplungan, konon berasal dari pohon nyamplung (Calaphyllum inophyllum). Kalau sudah tua, pohon nyamplung ini bisa memiliki tinggi antara 20-30 meter. Pohon nyamplung biasa dimanfaatkan sebagai tanaman obat, dan bijinya untuk bahan bakar. Besar kemungkinan, di kampung ini pernah tumbuh pohon nyamplung yang besar dan tinggi, sehingga mampu menjadi penanda masyarakat setempat.
Di masa lalu, kampung ini memiliki langgar kayu berbentuk seperti panggung. Di atas dipergunakan sebagai tempat melakukan shalat, sedang di bawahnya difungsikan sebagai tempat menyimpan bandhosa (keranda mayat) milik kampung. Kalau anak-anak ikut shalat berjamaah, tempat sujudnya yang berupa papan yang ada celah kecilnya. Pada celah-celah papan itu anak-anak malah sering mengintip bandhosa di bawahnya. Mereka tidak merasa takut, hanya menjadi tidak khusuk shalatnya. Sedang anak-anak yang merasa takut, terpaksa menutup mata. Sekarang anak-anak tidak perlu takut lagi, karena langgar itu telah dibangun menjadi bangunan baru bernama, Langgar Mafaza.
Di bidang kuliner lama, KAMPUNG NYAMPLUNGAN juga mempunyai Mbah Mangun Wakin. Menu yang dijual Mbah Mangun Wakin adalah kupat lontong sambel krecek, dibumbui parutan kelapa dan bubuk kacang kedelai. Menu andalan lainnya yaitu ketan juruh santen yang amat lezat. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)
No comments:
Post a Comment