Tuesday, September 6, 2011

TOPONIM KOTAGEDE KAMPUNG TRUNOJAYAN

Banyak yang menghubungkan toponim ini dengan bangsawan Madura, Trunojoyo, musuh besar Amangkurat I. Namun, keberadaan Trunojoyo di kampung ini tidaklah sesuai dengan zaman, karena Trunojoyo hidup di masa pusat pemerintahan Kerajaan Mataram-Islam sudah berada di Plered. Menurut seorang sesepuh Kampung Trunojayan, Purbo Sasmito (Alm), nama Trunojayan berasal dari leluhur kampung tersebut, yaitu Kyai Taruno Ijoyo. Beliau adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro yang tinggal dan menetap di kampung ini.
Sebelum pendapa-pendapa di Trunojayan dijual, boleh dikata Trunojayan adalah kampung heritage. Dahulu sempat membentuk klaster rumah tradisional, bersambung sampai di Kampung Pekaten. Sayang sekali, entah karena desakan ekonomi, persoalan waris, ingin suasana baru atau ketidak pedulian pelestarian, pendapa-pendapa itu satu demi satu tercerabut dari tempatnya. Diawali dari pendapa Sopingen, pendapa Kanthil, dan disusul dua pendapa di timur Masjid Perak. Kini, sebutan Trunojayan sebagai kampung heritage boleh jadi tinggal kenangan.
Di masa lalu, anak-anak banyak menyimpan kenangan terhadap keberadaan pendapa tersebut. Bila musim layang-layang tiba, anak-anak memanfaatkan tiang-tiang pendapa itu untuk nggelas (melapisi benang dengan serbuk kaca). Alat penggelas adalah lem ancur dan sari pati bubuk kaca yang direbus. Kelos benang dimasukkan ke ramuan tersebut, kemudian diulur keliling tiang-tiang pendapa. Setelah kering barulah digulung di kaleng cat. Panjang benang bisa mencapai 1000 yard. Benang yang sangat terkenal pada waktu itu adalah Cap Lar dan Cap Kambing. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)

No comments:

Post a Comment