Wednesday, October 19, 2011

TOPONIM KOTAGEDE NGERIKAN


Kawasan Ngerikan berada sekitar 275 meter di barat pasar Kotagede. Kawasan ini berada di Kampung Krintenan. Dahulu, tempat ini merupakan areal penjemuran kain batik. Saat dijemur, banyak para pekerja di perusahaan sekitar kawasan ini bertugas mengerik batik, yaitu membersihkan lilin yang ditorehkan pada kain dengan cara dikerik. Karena itu, terus ada yang menamakan kawasan tempat mengerik batik tersebut menjadi Ngerikan.
            Namun yang paling mengenaskan, karena sudah lama tidak dipakai, tahun 2009, alat batik cap yang banyak menggunakan unsur tembaga tersebut dijual pemiliknya. Sebanyak kurang lebih 300 buah alat batik cap tersebut akhirnya berpindah tangan. Dimana yang dihargai nilai jual tembaganya, bukan nilai seni alat tersebut sebagai peninggalan pusaka budaya.
            Kini, kawasan Ngerikan di Krintenan telah beralih fungsi, dipakai sebagai tempat ibadah. Meski nama sebenarnya adalah Langgar Muttaqien, namun orang-orang yang sering beribadah di sana lebih suka menyebutnya dengan, Langgar Ngerikan.
            Selain di Kampung Krintenan, di Kampung Alun-alun juga ada toponim Ngerikan, meski dalam lingkup yang amat lokal. Secara fisik, kini Ngerikan di Kampung Alun-alun hanyalah kebon yang ditumbuhi pohon pisang dan ketela pohon. Di kebon tersebut, terdapat sebuah sumur tua yang sudah tidak terpakai lagi. Masyarakat sekitar Alun-alun menganggap, sumur tua dan kebon di Ngerikan tersebut angker. Akibatnya, kalau malam tiba, ada sebagian warga Kampung Alun-alun yang tidak berani melewati Ngerikan sendirian. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)

No comments:

Post a Comment