Kampung Sayangan berada persis di barat Pasar Kotagede. Dinamakan Sayangan karena di kampung ini tinggal para abdi dalem sayang, yaitu abdi dalem yang memiliki keahlian dalam pembuatan barang-barang dari tembaga.
Menurut penuturan Atmowono (Alm), yang lahir tahun 1926 dan bertempat tinggal di Sayangan, dirinya merupakan keturunan dari trah Matngalen, dimana ibunya Matngalen yaitu Retno Temanten adalah putri Pakubuwono IV dari Surakarta. Dikarenakan di kawasan tersebut terdapat pendopo tempat kediaman Raden Nganten Matngalen. Masyarakat menyebut Kampung Matngalenan. Kampung Matngalenan merupakan satu bagian kecil dari kawasan besar Kampung Sayangan.
Dulu, jalan gang yang membentang dari jalan Mondorakan ke selatan sampai gapura utara masjid Gede Mataram Kotagede, yang membelah Kampung Sayangan dan Kampung Kudusan, tidak lurus seperti searang ini, melainkan berkelok-kelok melewati permukiman penduduk di Kampung Sayangan. Untuk kelancaran akses jalan, berdasarkan kesepakatan masyarakat, jalan tersebut akhirnya diluruskan.
Di Kampung Sayangan pula merupakan cikal bakal pengolah makanan yangko di Kotagede. Mbah Kromopawiro membuat yangko untuk melayani pesanan dari Keraton Yogyakarta. Disamping membuat yangko, ia juga membuat koyah kacang ijo yang dicetak dengan kayu, juga membuat rokok kretek industri rumah tangga dengan merk Cap Kaki Tiga. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)
No comments:
Post a Comment