DUSUN JAGARAGAN berada sekitar 600 meter di timur Pasar Kotagede. Berdasarkan namanya, diduga di tempat ini dahulu merupakan tempat tinggal Pangeran Jagaraga, yang diangkat sebagai pepatih dalem dan bertugas sebagai penjaga raja. Pangeran Jagaraga ini juga sekaligus adalah putera Panembahan Senapati. Oleh karena merupakan bekas dari tempat tinggal Pangeran Jagaraga, maka diabadikan oleh masyarakat setempat daerah itu dengan nama Jagaragan.
Demi pertimbangan kepraktisan, tak jarang masyarakat Kotagede menyingkat nama Jagaragan menjadi Nggaragan. Hal yang sama juga berlaku untuk Pringgalayan, disingkat menjadi Nggalayan, Tegal Gendhu menjadi Nggalgendhu, Sumber Kemuning menjadi Mber Muning, Pasar Gedhe menjadi Sargedhe, Pacak Suji menjadi Cak Suji, Joyopranan menjadi Njopranan, Rejowinangun menjadi Njonangun, Pasar Wage menjadi Sarwage, dan Boharen menjadi mBaren.
Di Dusun Jagaragan, ada sebuah tempat yang disebut waru dhoyong. Disebut demikian karena di tempat ini ada pohon waru yang tumbuhnya miring atau dhoyong. Di bawah pohon waru miring tersebut, terdapat warung sate kambing yang legendaris. Nama warung sate kambing tersebut adalah, “Waru Dhoyong”. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)
No comments:
Post a Comment