Kawasan Belehan berada sekitar 850 meter di barat laut Pasar Kotagede. Dinamakan Belehan karena di tempat tersebut sering digunakan untuk penyembelihan sapi. Bagi anak-anak yang tinggal di kampung sekitar Belehan, aksi penjagal menyembelih sapi itu menjadi tontonan menarik. Apalagi ketika di antara tukang jagal tersebut mencuci jerohan sapi dengan memanfaatkan aliran Sungai Gajahwong. Anak-anak pun menyaksikan dengan girangnya.
Namun, selain dikenal sebagai tempat penyembelihan sapi, ada pendapat lain berkait asal mula nama Kampung Belehan ini. Konon, nama Belehan digunakan karena di tempat tersebut, Sungai Gajahwong alirannya dipecah (disudhet atau dibeleh). Setelah dibeleh, aliran Sungai Gajahwong sebagian masuk ke jagang atau parit sisi utara.
Kini, di kawasan Belehan yang tampak hanyalah cekungan permukaan tanah sebagai bekas jagang, yang sudah menjadi permukiman padat penduduk. Permukiman di tanah wedhi kengser itu telah mempersempit aliran sungai Gajahwong, juga menggusur kolam-kolam ikan dan belik, mata air tempat warga sekitar mandi dan mencuci pakaian. Air Sungai Gajahwong bercampur kotoran manusia, sekali-kali mampir ke rumah warga di sepanjang bantaran sungai. Begitulah amarah sungai, begitu tahu haknya telah dirampas manusia. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)
No comments:
Post a Comment