Wednesday, October 19, 2011

TOPONIM KOTAGEDE KAMPUNG PANDEAN


Kampung Pandean berada persis di timur Pasar Kotagede. Pandean berasal dari kata pande, atau pandai besi pembuat alat-alat dari besi. Akhiran “an” pada kata Pandean adalah menunjukkan suatu tempat dimana proses dan profesi tersebut berlangsung. Sehingga dinamakan Pandean karena dahulu kampung tersebut merupakan tempat tinggal para pande besi, dan tempat berlangsungnya pembuatan alat-alat dari besi.
Toponim nama kampung berdasarkan profesi senantiasa dikaitkan dengan faktor kedekatannya dengan pasar. Karena hasil produk dari profesi tersebut harus dekat dengan pasar sebagai tempat memasarkan hasil produksi. Masa itu sangat jauh sekali. Masa yang dekat, yaitu sekitar tahuan 1960 an, masih bisa dijumpai orang membuat kowi. Kowi itu sebuah alat tempat peleburan biji perak. Ada berbagai macam ukuran. Ukuran untuk melebur perak satu kilo, dua kilo, dan seterusnya. Kowi terbuat dari tanah hitam mbesi yang mampu menahan panas. Kowi-kowi ditempatkan di tungku batu putih, kemudian dipanaskan dengan cara menghembuskan angin ke dalam tungku dengan alat pengembus dari kulit kambing. Ketika berlangsung pemanasan dengan mrambut, lorong-lorong di Kampung Pandean pun menjadi berkabut putih.
            Masih di kampung ini, ada rumah joglo milik keluarga Rofi’i yang mempunyai jejak panjang. Dahulu, di rumah ini pernah dipakai sebagai tempat produksi kain tenun dan batik.
            Menurut penuturan para orangtua, rumah joglo ini pernah dipakai untuk rapat Partai Serikat Islam (PSI) merah, cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Sedangkan di bidang kesenian, di tempat ini pernah pula dipergunakan untuk pentas drama lokal oleh pemuda ormas Islam Kotagede. Di setiap pementasannya, senantiasa dimeriahkan dengan atraksi standen (sekarang cheer leader).
            Omah Ropingen (untuk menyebut rumah Rofi’i) ternyata dikenal angker oleh sebagian warga Pandean. Memedi (hantu) yang paling unik adalah kempol (paha) berdarah yang jatuh dari talang.
            Kini, Omah Ropingen kadang-kadang dipergunakan untuk kegiatan seni dan budaya. Di antaranya, di tahun 2009 lalu diselenggarakan pameran hasil dokumentasi sketsa dan lukis dengan obyek kawasan Kotagede. Pameran tersebut berlangsung hampir satu bulan, dan pembukaannya dilakukan oleh Kartika Affandi.
            Tiga bulan kemudian Omah Ropingen digunakan untuk tempat pameran dokumentasi batik yang pernah dihasilkan perajin Kotagede. Pameran tersebut diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X. Kurang lebih empat bulan berikutnya, selama dua kali diselenggarakan workshop Kamera Lubang Jarum, sebuah komunitas fotografi dari Kota Yogyakarta. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)

No comments:

Post a Comment