Kampung Mranggen berada sekitar 400 meter di barat laut Pasar Kotagede. Sebutan Mranggen ini berasal dari kata mranggi, yang berarti pembuat hiasan ornamen berupa ukiran kecil pada sarung keris dan tombak. Besar kemungkinan, di Kampung Mranggen ini dahulu pernah tinggal para abdi dalem mranggi.
Kini, di Kampung Mranggen tidak ada lagi warganya yang berprofesi sebagai pembuat sarung keris dan tombak. Sebagaimana warga kampung lainnya, mereka sebagian bekerja sebagai perajin perak dan emas. Di kampung ini terdapat kantor Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y), yaitu sebuah organisasi yang dibentuk untuk melayani berbagai kebutuhan produksi perak di Kotagede.
Dalam bidang kesenian tradisional, yang perlu dicatat dari kampung ini adalah lahirnya pemain ketoprak kaliber Yogyakarta, yaitu Sardjono. Sekitar tahun 1974, di tobong ketoprak Ringin Dahono di utara Puskesmas Kotagede, Sardjono berpasangan dengan Surajiyah menjadi pemain utama lakon-lakon garapan, seperti “Mayat Hidup” ataupun “Lintah Putih”. Semula, Sardjono bermain ketoprak pada acara-acara pitulasan di kampung. Ketika ketoprak tobong mengalami perkembangan pesat, Sardjono mulai merambahnya berpasangan dengan pelawak dari Kampung Samakan, Pardi Djenggo.
Sampai sekarang, Sardjono masih total berkarib dengan ketoprak. Menulis naskah, menjadi pemain, atau sutradara ketoprak adalah dunia yang digelutinya dengan setia. Wajarlah kalau kemudian pemerintah mengangkatnya menjadi Pegawai Negeri Sipil di Radio Republik Indonesia, Yogyakarta. Sebuah penghargaan yang pantas untuk seniman ketoprak dari Kampung Mranggen ini. (Erwito Wibowo, Hamid Nuri, Agung Hartadi: Toponim Kotagede, 2011)