Kawasan yang menarik di Singosaren yaitu adanya makam srati kuda, bernama Kiai Gamel. Siapakah Kiai Gamel ini. Menurut penuturan sesepuh setempat, Kiai Gamel adalah pekathik kerajaan di zaman Keraton Mataram masih ada di Kotagede.
Dahulu, setiap kali ada kuda yang binal, setelah dilintaskan pada jalan yang ada makam Kiai Gamel, kuda tersebut menjadi jinak. Makam Kiai Gamel tersebut kini berada di depan halaman sebuah rumah. Karena warga sekitar banyak yang takut ketika lewat di depannya, makam Kiai Gamel tersebut sengaja disamarkan dengan rimbunan taman. Menurut cerita warga setempat, di dekat makam tersebut dahulu kadang terdengar tapak kaki kuda yang tak ada wujudnya.
Untuk menumbuhkan keramaian di Singosaren, dibangunlah sebuah pasar burung di sana. Konsep awalnya, untuk melayani wisatawan yang mempergunakan akses jalan lingkar selatan. Dari Pasar Singosaren, memicu tumbuhnya kawasan industri baru, seperti pabrik pengalengan udang, pabrik pakaian dalam wanita, pom bensin, garasi bus, dan penginapan. Warga Singosaren yang kebetulan dekat dengan kawasan industri pun akhirnya ikut kecipratan rezeki. Ada yang membuka warung makan, menyediakan kos-kosan, atau melayani jasa laundry.
Di bidang kesenian, di Dusun Singosaren juga tumbuh subur berbagai macam kesenian. Di antaranya adalah kesenian karawitan, hadrah, panembrama, dan jathilan Taruna Bakti Tama. Sedangkan di bidang kuliner, Dusun Singosaren memiliki beberapa industri rumah tangga pengolah makanan tradisional, berupa yangko, emping, dan ukel. Ukel adalah makanan khas Kotagede yang rasanya manis dengan bentuk cincin. Dan di bidang kerajinan, di Dusun Singosaren berkembang beberapa perajin perak, tembaga, dan tas perca batik. (ERWITO WIBOWO, HAMID NURI, AGUNG HARTADI: TOPONIM KOTAGEDE, 2011)
No comments:
Post a Comment