Tuesday, January 24, 2012

Toponim Kotagede Kampung Bodon

Kampung Bodon berada kurang lebih 600 meter di barat Pasar Kotagede. Nama Bodon diambil dari seorang tokoh bernama Panembahan Bodo. Beliau yang bernama asli Raden Trenggana adalah putra Adipati Terung II, dan cucu Raja Majapahit, Brawijaya V. Disebut bodho atau bodoh karena menolak untuk menduduki takhta adipati Terung. Ia lebih suka nyepi sebagai penyebar agama di desa Pijenan, Pandak, Bantul, sesuai dengan anjuran gurunya, Sunan Kalijaga.
            Ketika terjadi perang Mataram-Pajang, Panembahan Bodo diminta untuk membantu kedua pihak, namun menolak, meski Sultan Hadiwijaya maupun Panembahan Senopati berusaha membujuknya. Sikap netral Panembahan Bodho juga diperlihatkan ketika terjadi konflik Panembahan Senopati dengan Ki Ageng Mangir. Karena sangat menghormati Panembahan Bodo, Panembahan Senopati memberikan lahan di barat Kerajaan Mataram. Lahan tersebut kini dikenal sebagai Kampung Bodon.           
Di Bodon, juga ada cerita rakyat Mbok Randha Bodon dan Ki Ageng Paker, yang berhasil menemukan Ki Jaka Mangu, nama burung perkutut raja Majapahit yang hilang.  Seperti di kampung lainnya, di  zaman Orde Lama, di Kampung Bodon juga pernah tumbuh panggung-panggung ketoprak yang dikelola oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). 
            Saat ini Kampung Bodon merupakan kampung yang menyisakan banyak bangunan kuno, baik bangunan dengan arsitektur Jawa maupun bangunan dengan corak arsitektur Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Lorong-lorong sempit eksotik di Kampung Bodon juga memiliki daya tarik tersendiri. Sedangkan sebuah SD Muhammadiyah yang ada di kampung ini, pun memakai nama Bodon sebagai nama sekolah mereka. (Erwito Wibowo, Hamid Nuri, Agung Hartadi: Toponim Kotagede , 2011)

1 comment:

  1. Saya lahir di Kotagede, masa kecil saya di Boharen da sekolah di mBodon; karena harus ikut orang tua yang ke luar kota; di mBodon hanya samapai kelas II SR, gurunya pak Zam. saya kembali ke Yogya waktu kuliah di Gadjahmada tahn 1965 sapai selesai. Terimaksih dengan tulisan ini; banyak membuka kenangan lamma. Dari Dachlan, jakarta.

    ReplyDelete